Sebagai warga negara Indonesia yang teladan, Anda pasti mengetahui apa itu pancasila. Akan lebih baik jika Anda mengenalnya lebih jauh mulai dari sejarah, proses pembuatannya, hingga hari kesakstiannya.
Hal terpenting yang perlu Anda ketahui, bahwa rumusan awal pancasila berbeda dengan pancasila saat ini.
Maka dari itu Cryptowi akan bahas tuntas mengenai sejarah pancasila dibawah ini.
Sejarah Lahirnya Pancasila
Empu Taluntar menulis kitab Sutasoma dengan Bahasa Sansakerta, yang terdapat kata ‘pancasila’ dalam kitab tersebut.
Menurut sejarah, kitab sutasoma ditulis pada zaman kerajaan Majapahit sekitar tahun 14 masehi. Para peneliti sejarah tidak menemukan dokumen lain yang memuat nama pancasila, selain pada kitab ini.
Menurut kitab sutasoma, arti pancasila yaitu istilah dari sebuah batu yang memiliki lima sendi, juga sebagai kata kerja yang artinya menjalankan lima poin kesusilaan.
Lima norma kesusilaan dalam kitab sutasoma yaitu; tidak boleh melakukan kekerasan, tidak boleh mencuri, tidak boleh dengki, tidak boleh berbohong, dan tidak boleh minum miras.
Soekarino mendapat ‘ilham’, yang akhirnya menjadi ideologi negara Indonesia yaitu pancasila.
Istilah pancasila dikenalkan kepada masyarakat melalui pidato-pidato besar Soekarno dan H.O.S Cokroaminoto. Ilham tersebut didapat Soekarno saat beliau dibuang ke Flores, beliau banyak menulis dan merenung di bawah pohon.
Namun, tidak banyak catatan sejarah yang menyatakan bahwa Soekarno adalah pencipta istilah pancasila ini.
Meski begitu, tetap saja Soekarno yang paling lantang dalam menyerukan pancasila kepada masyarakat.
Bahkan setelah Indonesia merdeka pada sidang PBB, Soekarno mengenalkan pancasila ini kepada dunia.
Simak juga: Batas Wilayah Indonesia
Sejarah Perumusan Pancasila
Berikut ini kronologi penyusunan pancasila oleh BPUPKI dari awal sidang hingga menjadi ideologi negara yang dipakai saat ini, simak uraiannya:
1. Sidang 29 Mei 1945
Dalam sidang ini, Moh Yamin mendapat kesempatan pertama untuk berpidato dan menyampaikan lima sila yang diusulkannya yaitu; peri kebangsaan, kemanusiaan, ketuhanan, kerakyatan, dan kesejahteraan bagi rakyat.
Setelah pidato selesai, Moh Yamin menyusun rancangan UUD yang mencakup lima asas yaitu;
- Ketuhanan
- Kebangsaan
- Kemanusiaan
- Kerakyatan dengan permusyawaratan
- Keadilan Sosial
2. Sidang 31 Mei 1945
Setelah BPUPKI menyelenggarakan sidang pertama, dua hari kemudian diadakan lagi sidang yang membahas perumusan pancasila ini.
Pada kedua ini sidang ini, Supomo menyampaikan usulannya yaitu lima asa negara antara lain: keseimbangan lahir batin, persatuan, musyawarah, kekeluargaan, serta keadilan rakyat.
3. Sidang 1 Juni 1945
Sehari setelah sidang kedua, sidang ketiga dilaksanakan dengan pidato dari Soekarno mengenai usulan asa negara yaitu; kebangsaan Indonesia, internasionalisme (kemanusiaan), mufakat (demokrasi), kesejahteraan sosial, ketuhanan YME.
Peristiwa pada sidang ini diabadaikan sebagai hari penetapan pancasila.
Usulan dari tiga tokoh besar masa kemerdekaan Indonesia, ditampung dan dibahas kembali oleh anggota BPUPKI yang lebih kecil lagi (panitia sembilan).
4. Sidang Panitia Sembilan (22 Juni 1945)
Pada sidang ini, naskah rancangan pembukaan UUD (piagam Jakarta/Jakarta Charter) telah berhasil dirumuskan oleh panitia sembilan. Isinya yaitu:
- Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
- Kemanusiaan yang adil dan beradab
- Persatuan Indonesia
- Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksan dalam permusaywaratan/perwakilan
- Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Sidang panitia sembilan ini, menjadi akhir dari perumusan awal pancasila. Kemudian pancasila resmi dijadikan dasar negara, ditandai dengan proklamasi.
Sehari setelah hari proklamasi pancasila, PPKI (berganti nama dari BPUKI) menyempurnakan rumusan pancasila dalam pembukaan UUD.
5. Sidang 18 Agustus 1945
Pada sidang kali ini, sila pertama dari pancasila yang sudah diproklamasikan diubah menjadi “Ketuhanan YME” oleh Muhammad Hatta.
Perdebatan mengenai perubahan sila pertama tak pernah berhenti hingga hari ini, padahal pendiri negara Indonesia sudah menetapkan sila tersebut. Seharusnya masyarakat sepakat akan keputusan pemerintah tersebut.
6. Instruksi Presiden No. 12 (1968)
Setelah pancasila diproklamasikan pada 18 Agustus 1945, masih banyak keberagaman pengucapan, perumusan, dan pembacaan dari isinya. Maka dari itu, Soeharto menetapkan instruksi tentang rumusan pancasila.
Hasil dari rumusan yang baru tidak berbeda dengan yang sebelumnya, hanya saja ada perubahan pada poin pertama yang menjadi “ketuhanan Yang Maha Esa”.
Karena Soeharto menganggap keberadaan Tuhan hanya satu, dan hal itu kembali kepada kepercayaan masing-masing individu.
Instruksi presiden mengenai rumusan pancasila ini, berlaku dan dipakai oleh masyarakat Indonesia hingga hari ini.
Para pejuang kemerdekaan tidak main-main dalam merumuskan dasar negara tersebut, maka dari itu masyarakat harus melanjutkan visi dan tujuan yang telah dirumuskan dalam rangka menghargai para pejuang.
Sejarah Kesaktian Pancasila
Salah satu hari bersejarah dari kesaktian pancasila ini, yaitu saat peristiwa G30S (30 September).
Dimana tebunuhnya beberapa perwira militer angkatan darat, yang menjadi duka nasional. Dilaksanakannya ritual pengibaran merah putih yang hanya dinaikan setengah tiang, kemudian esok harinya (1 Oktober) bendera dinaikan hingga penuh.
Prosesi tersebut menyimbolkan duka nasional.
Ada dua perwira yang gugur di Yogyakarta yaitu Soegiyono dan Katamso, kemudian diadakannya prosesi pengibaran bendera yang dinaikan penuh.
Hal itu menandakan “kesaktia pancasila” atas kemenangan melawan ideologi komunis.
Ritual pengibaran bendera setiap tanggal 30 September dan 1 Oktober, menjadi prosesi yang wajib dilakukan sebagai hari peringatan nasional.
Namun setelah masa orde baru berhenti saat reformasi 98 (Soeharto lengser), ritual pengibaran ini sudah sangat jarang dilakukan lagi.
Proses pembuatan atau perumusan pancasila memang sangat panjang, melalui beberapa sidang dan kontroversi dari berbagai kalangan.
Hingga akhirnya menjadi dasar negara yang disepakati bersama, meskipun masih ada saja yang menolak. Namun, kesaktian dari pancasila ini mampu menumbuhkan nasionalisme.
Sangat bermanfaat, terima kasih
Thanks a lot Danar..